Subhanallah! Kisah Seorang wanita yang memandikan jenazah putri Rasulullah Yang Membuat Terharu Bacanya
Berdakwah - Wanita ini bak bertabur mutiara,
Beliau adalah Ummu Athiyyah Al-Anshariyah. Mungkin barangkali ketika membuka lembaran-lembaran kitab-kitab hadist Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam kita akan menemukan nama wanita mulia ini, karena Ummu �Athiyyah Al-Anshariyyah riwayat-riwayat hadist menghiasi kehidupannya.
Dia salah seorang wanita Anshar yang masuk Islam dan berbai�at kepada Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam. Memiliki nama asli Nusaibah bintu Al-Harits, Namun Beliau lebih di kenal dengan nama kunyahnya Yaitu Ummu �Athiyyah.
Ummu �Athiyyah radhiyallahu �anha turut pula terjun dalam medan pertempuran, Ketika Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam bersama kaum muslimin berperang menghadapi kaum musyrikin. Dalam hidupnya Ummu �Athiyyah radhiyallahu Tujuh peperangan dia ikuti bersama Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam salah satunya adalah perang Khaibar. Dialah yang bertugas membuat makanan untuk pasukan, merawat dan mengobati pasukan yang sakit.
Dia pula yang memandikan jenazah Zainab, putri Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam. Ummu �Athiyyah menceritakan kejadian waktu itu, �Salah seorang putri Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam meninggal. Beliau pun menyuruh kami untuk memandikannya.
�Mandikanlah dia dengan basuhan ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalau kalian pandang perlu. Mandikan jenazahnya dengan air dicampur daun bidara, dan basuhan yang terakhir dicampur dengan sedikit kapur barus. Kalau sudah selesai, beritahu aku,� kata Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam.
Ketika kami selesai memandikan, kami memberitahu Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam. Lalu beliau memberikan sarungnya pada kami. �Pakaikanlah sarung ini padanya,� kata beliau. Setelah itu, kami menjalin rambut Zainab menjadi tiga jalinan, di sisi kanan dan kiri serta di ubun-ubunnya. Lalu kami letakkan jalinan rambut itu di belakang punggungnya.�
Kisah ini memberikan pelajaran besar bagi kaum muslimin tentang tata cara memandikan jenazah. Banyak sahabat dan ulama tabi�in yang mengambil faedah dari kisah ini.
Ummu �Athiyyah pula yang meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam, ketika beliau memerintahkan agar para wanita yang sedang haid turut keluar pada hari raya menuju lapangan tempat ditunaikannya shalat �Id bersama seluruh kaum muslimin. Juga ketika Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam melarang para wanita sering mengikuti jenazah. Namanya pun tercantum dalam kitab-kitab hadits.
Tak hanya ini ilmu yang diambil oleh Ummu �Athiyyah radhiyallahu �anha. Bahkan selain mengambil ilmu langsung dari Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam, Ummu �Athiyyah meriwayatkan pula dari �Umar ibnul Khaththab. Ilmunya pun diwarisi oleh orang-orang setelahnya, di antaranya Anas bin Malik radhiyallahu �anhu, Muhammad bin Sirin, Hafshah bintu Sirin, dan masih banyak lagi.
Kehidupan Ummu �Athiyyah bertabur ilmu dari cahaya nubuwwah. Ummu �Athiyyah Al-Anshariyyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta�ala meridhainya.Wallahu ta�ala a�lamu bish-shawab.
sumber : Akhwatmuslimahindonesia.net
Beliau adalah Ummu Athiyyah Al-Anshariyah. Mungkin barangkali ketika membuka lembaran-lembaran kitab-kitab hadist Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam kita akan menemukan nama wanita mulia ini, karena Ummu �Athiyyah Al-Anshariyyah riwayat-riwayat hadist menghiasi kehidupannya.
sumber : google.com |
Ummu �Athiyyah radhiyallahu �anha turut pula terjun dalam medan pertempuran, Ketika Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam bersama kaum muslimin berperang menghadapi kaum musyrikin. Dalam hidupnya Ummu �Athiyyah radhiyallahu Tujuh peperangan dia ikuti bersama Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam salah satunya adalah perang Khaibar. Dialah yang bertugas membuat makanan untuk pasukan, merawat dan mengobati pasukan yang sakit.
Dia pula yang memandikan jenazah Zainab, putri Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam. Ummu �Athiyyah menceritakan kejadian waktu itu, �Salah seorang putri Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam meninggal. Beliau pun menyuruh kami untuk memandikannya.
�Mandikanlah dia dengan basuhan ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalau kalian pandang perlu. Mandikan jenazahnya dengan air dicampur daun bidara, dan basuhan yang terakhir dicampur dengan sedikit kapur barus. Kalau sudah selesai, beritahu aku,� kata Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam.
Ketika kami selesai memandikan, kami memberitahu Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam. Lalu beliau memberikan sarungnya pada kami. �Pakaikanlah sarung ini padanya,� kata beliau. Setelah itu, kami menjalin rambut Zainab menjadi tiga jalinan, di sisi kanan dan kiri serta di ubun-ubunnya. Lalu kami letakkan jalinan rambut itu di belakang punggungnya.�
Kisah ini memberikan pelajaran besar bagi kaum muslimin tentang tata cara memandikan jenazah. Banyak sahabat dan ulama tabi�in yang mengambil faedah dari kisah ini.
Ummu �Athiyyah pula yang meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam, ketika beliau memerintahkan agar para wanita yang sedang haid turut keluar pada hari raya menuju lapangan tempat ditunaikannya shalat �Id bersama seluruh kaum muslimin. Juga ketika Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam melarang para wanita sering mengikuti jenazah. Namanya pun tercantum dalam kitab-kitab hadits.
Tak hanya ini ilmu yang diambil oleh Ummu �Athiyyah radhiyallahu �anha. Bahkan selain mengambil ilmu langsung dari Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam, Ummu �Athiyyah meriwayatkan pula dari �Umar ibnul Khaththab. Ilmunya pun diwarisi oleh orang-orang setelahnya, di antaranya Anas bin Malik radhiyallahu �anhu, Muhammad bin Sirin, Hafshah bintu Sirin, dan masih banyak lagi.
Kehidupan Ummu �Athiyyah bertabur ilmu dari cahaya nubuwwah. Ummu �Athiyyah Al-Anshariyyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta�ala meridhainya.Wallahu ta�ala a�lamu bish-shawab.
sumber : Akhwatmuslimahindonesia.net
0 komentar:
Posting Komentar